Minggu, 16 Maret 2014

Pergi Untuk Kembali, Datang Lalu Pergi! (2)

Sinta 4, begitulah inisialnya dulu. Pertama kali bertemu dalam satu kegiatan yang sama. Melihatnya pertama kali, ini cewek beda! Jutek, judes, wah lengkap pokoknya. Anehnya setelah beberapa bulan, dia tau inisial yang kuberikan. Padahal inisial itu hanya kuberitahu kepada teman-teman dekatku saja. Maklum, sudah punya pacar saat itu, jadi harus sembunyi-sembunyi kalo ngebahas si Sinta 4.



Kami bertemu dalam kegiatan pramuka. Walau saat itu lebih fokus pada kegiatannya, tetapi kehadirannya sedikit mengacaukan fokus. Kami saling berkompetisi untuk memenangkan lomba. Sedih sekolahku harus jadi juara 2 dan sekolahnya menjadi juara 1. Namun kesedihan itu hanya sebentar tat kala aku ketemu lagi dengannya di akhir kegiatan. Sapa? Ngga lah, kenal aja belum.

Menurutku, 75% hubungan dimulai oleh si pria. Tau istilah kepo? Ini "ekstrim" kepo. Ku tanya temenku yang satu sekolah dengan dia akun fbnya. Begitu lihat profilnya, semangat 45 turun jadi semangat tempe. Dia juga sudah punya pacar. Tapi, ah masa bodo! Kan cuma mau kepo, toh aku sudah punya pacar juga. Tetapi yang namanya anak SMA, menganggapnya pasti Lebee (baca: Lebay, pen). Sejak saat itu aku lebih suka menggunakan inisialnya untuk berbicara dengan teman-teman ku.

Sebulan telah berlalu, ada kegiatan pramuka lain. Kali ini jadi panitia. Maunya sih jadi peserta, tetapi karena anggotanya sudah pas, mau ngga mau jadi panitia. Di ajak sama ketua panitianya, kebetulan kakak kelasku di SMA. Lucunya, kami bertemu lagi, jadi satu panitia tetapi beda kerjaan. Saat itu aku cuma curi pandang sedikit, karena kerjaanku lumayan sibuk.

Malam hari ketika ada ceramah, eh si Sinta 4 manggil. "Nih dititipin kertas aku sama dia" Begitu kira-kira ucapnya saat itu. Oh ternyata itu dari dewi, teman satu sekolahku. "Ngapain? Sibuk banget, baca apaan?" Isi pesan yang tertuang di kertas, tentunya dalam bentuk sandi. Saat itu aku lagi baca. Aku ngga bales tu pesan, aku langsung kasi kode menyuruhnya duduk di sampingku. Orang ini termasuk termasuk childish saat itu, jadi jalan aja kayak anak kecil.

"Ngapain nitipin ke dia? Kan dia dari sekolah itu" Kataku basa-basi, padahal maunya berterima kasih. Hahahaha! "Kenapa sih? Kan itu pesannya di oper-oper, mana tau kalo dia yang kasi ke kamu. Kenapa? Ciee Tio suka cewek itu ya? Ngaku aja" Ucapnya polos. Mungkin karena sifatnya seperti anak-anak, jadi pemikirannya simpel. "Ngga wi, cuma masih kesel aja kalo inget kegiatan kemarin" balasku. "Owh begitu, kirain. Baca apa sih? Sibuk banget?" Tanyanya kepadaku. Saat itu aku mengalihkan fokusku kepada Sinta 4 dan tak membalas pertanyaan Dewi. Naasnya, si Dewi jadi tau aku memperhatikan dia. "Nah kan, ketahuan, uda ngaku aja deh. Kamu suka kan sama dia?" Ucapnya senang. "Apaan sih, siapa juga yang suka sama dia. Anak kecil ngga boleh sok tau, hahaha" Balasku sambil tertawa. "Isss Tio jahat!" Ucapnya sambil menggerutu, dan pergi.

Hampir aja ketahuan, pikirku. Secara tidak langsung aku jadi tau bahwa sedari tadi kami duduk berdekatan, Thanks GOD. Jam 12 malam panitia mengadakan rapat evaluasi. Lama sekali rapat itu, dan selesai jam 2 pagi. Padahal acara akan di mulai jam 4 pagi.
Kegiatan kembali dilanjutkan sampai siang hari. Yah at least hanya malam hari itu keberuntungan ada di pihakku. Sisanya berjalan datar!

Kepo, kepo, dan kepo. Kegiatan ini sudah aku hentikan 2 minggu. Karena kita ketemu lagi, ya aku pantau lagi. Dan dia masih bersama pacarnya, seperti doa yang tak terkabul hahaha.

Ternyata kebetulan itu terjadi lagi. Kami tergabung dalam sub bidang yang sama dalam organisasi kegiatan kemarin. Senang bukan kepalang lalala yeyeye. nah di sana aku dapat nomor Hpnya. Lewat absen! masih belum berani nih sahabat. Disimpan, siapa tau berguna suatu hari nanti.

Kedekatan kami akhirnya terjadi ketika kegiatan lomba yang diadakan organisasi. Tenda besar sudah terbangun, kami panitia tidur dalam satu tenda yang luas banget. Sinta 4 datang malam itu. Di satu sisi ada rasa kesal karena kami dari siang sudah capek mempersiapkan kegiatan, termasuk bangun tenda besar ini. Di satu sisi senang, ketemu lagi.

"Kamu mau kemah, apa pindah rumah? Bawa selimut segala, sekalian bawa kasur aja" Celetuknya kepadaku. Ya, saya bawa selimut ''besar'' saat itu, 3-4 orang muat lah. "Aku kan ngga minjem sama kamu, kenapa sewot?" Balasku jutek. "Orang kayak kamu baru pertama kali aku ketemu, kemah bawa selimut. hahaha" Dia tertawa, lalu tidur. Asem! kataku dalam hati, ini orang jutek nyebelin maksimal banget. Semoga kegiatan ini cepet selesai.

Saat kegiatan itu, aku lupa segala hal, termasuk makan. Selama 2 hari, aku jadi pusat perhatian panitia konsumsi. Kenapa? karena saat pembagian konsumsi, aku lagi sibuk ngurusin lomba. Sontak aku dikenal oleh semua panitia. Rasanya kalo ngerjain sesuatu itu, tanggung kalo ngga diselesaikan.

Siang saat hari kedua adalah waktu yang tak pernah akan aku lupakan. Di sana awal mula aku mulai mau mengenalnya. Aku, Sinta 4, dan teman perempuanku duduk di pos masuk. Kami mengobrol, mengobrol tentang pribadi kami dan segala pengalaman. Aku dan Sinta 4 tidak sadar bahwa teman perempuanku membuat gelang untuk kita bertiga. Katanya kita harus pakai itu, supaya kita ingat percakapan kita hari ini (dalam kisah selanjutnya, gelang itu mempunyai cerita menarik). Tanpa basa-basi kupakai saja, senang juga.

Hari ketiga, kegiatannya adalah pembersihan lokasi sekitar perkemahan. Perkemahan kami dekat, bahkan di sebelah pantai langsung. Aku inisiatif bersih-bersih di sana. Lagi-lagi aku ketemu dia. Aku dari ujung barat, dia dari timur. Bertemulah kami di tengah. "Kok kamu ngikutin aku sih?" Ucapnya dengan nada jutek. "Yee GR, siapa juga yang ngikutin. Aku kan datang dari depan, ngga dari belakang" Balasku dengan jutek. Padahal baru kemarin kami saling bercanda. Tiba-tiba teman-teman sekolahku kompak bersorak "Cieeee, Tio modus". Hal ini juga mengundang perhatian semua panitia, mereka pun menyorakkan hal yang sama. "Ciee, langgeng ya" ucap salah satu panitia. Tau sendiri lah masa-masa SMA kayak gimana, mohon maklum aja ya.

Namun ada perasaan senang, bercampur kalut. Aku yang telah mempunyai pacar, demikian juga Sinta 4. Ku coba sembunyikan perasaan ini. Mau mendekat, tetapi masih tertahan magnet lain.

Hari keempat, kegiatan selesai. Susah senang suka duka kegiatan dirasakan panitia dan peserta, saatnya untuk berkemas pulang. Siang itu diakhiri dengan menyantap konsumsi seluruh panitia. walau makanan sudah sedikit, aku cuma kebagian nasi tambah krupuk. Nikmat banget saat itu. Aku kembali bercakap dengan Sinta 4. Sejak hari pertama, dia memperhatikan jam tanganku (itu jam tangan adik sih sebenarnya). Aku kasi dia melepasnya dari tanganku. Tau apa yang dia lakukan? Dia memakainya, dan malah memakaikan jam tangannya kepadaku. Jam tangan khas cewek banget karena itu mirip jam tangan mamaku. Selesai menyantap konsumsi, kami sembahyang di area perkemahan untuk berpamitan dan mengucap rasa syukur. Kebetulan lagi aku jalannya ya dengan Sinta 4. "Ciee Tio, udah jadian ya sama Dian?" Tanya seniorku. "Ngga kok, emang kenapa?" Tanyaku balik. Sambil melirik tanganku dia tersenyum. Alamak! Kataku dalam hati, jam tangan! sontak kami menjadi bahan tertawaan semua panitia. Jujur malu banget sebenarnya, tetapi karena Sinta 4 yang entah kenapa cuek-cuek aja, it's ok brotha.

Pulang? Kami hanya menegur sebentar, lalu dia melesat pergi. Rasanya kehilangan. Ia lah, kapan lagi bisa ketemu? Akupun pulang ke rumah. Dengan sejuta kelelahan yang siap ditumpahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar